<aside>
Menjelaskan bahaya dari kondisi mental yang kosong saat menghadapi market, serta bagaimana hal ini membuka pintu bagi keputusan impulsif yang didorong oleh emosi seperti FOMO, takut kehilangan momen, atau sekadar bosan. Bab ini juga membahas konsep decision fatigue dan cara mengaktifkan kembali kendali logika dengan struktur harian dan kesadaran diri.
</aside>
Pernah gak sih, lo ngerasa harus entry cuma karena market diem? Gak ada setup. Gak ada sinyal. Tapi lo ngerasa… kosong.
“Kalau gue gak entry, gue gak produktif.”
Padahal, diem itu tanda lo mulai dewasa. Tapi kepala yang kosong gampang banget diisi distraksi. Dan di market, distraksi = kerugian.
<aside>
Ini bukan kurang ilmu. Ini karena kepala lo kosong, tapi tetep maksa sibuk.
</aside>
<aside>
Decision fatigue adalah kondisi psikologis di mana kualitas keputusan menurun karena otak sudah terlalu lelah mengambil banyak keputusan tanpa istirahat atau struktur.
Menurut penelitian Roy F. Baumeister (2010), semakin banyak keputusan kecil yang diambil dalam sehari, semakin besar kemungkinan kita mengambil keputusan buruk berikutnya.
Contoh:
Lo udah capek mikir strategi, marking, dan nunggu signal tapi tetap mantengin chart. Akhirnya lo entry karena "gak tahan diem", bukan karena ada peluang.
Lo kira lo sibuk, padahal lo cuma bingung yang dibungkus aksi
</aside>
<aside>
Paul MacLean, ahli neurosains, membagi otak jadi 3 bagian:
| Jenis Otak | Fungsi | Respon Trading |
|---|---|---|
| Reptilian Brain | Insting, survival | Overlot, entry dadakan |
| Limbic System | Emosi, FOMO, takut | Cut loss panik, entry karena takut ketinggalan |
| Neokorteks | Logika, rencana, analisa | Disiplin, sabar, evaluatif |
Kalau kepala kosong, neokorteks lo nganggur. Yang aktif? Emosi dan insting. Hasilnya: chaos.
</aside>
<aside>
<aside>
<aside>